Beranda | Artikel
Sifat Orang Yang Mulia dan Orang Yang Hina
Sabtu, 11 Mei 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Sifat Orang Yang Mulia dan Orang Yang Hina merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al-Busty Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 22 Jumadal Akhirah 1440 H / 27 Februari 2019 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Hadits Tentang Memaafkan dan Anjuran Memaafkan Orang Yang Menyakiti Kita

Kajian Tentang Hadits Tentang Sifat Orang Yang Mulia dan Orang Yang Hina

Penyebutan tentang sifat orang yang mulia dan orang yang hina. Manusia tidak lepas dari dua perkara ini. Ada orang-orang yang mempunyai sifat-sifat mulia, ada juga orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang hina. Tentu kita sebagai seorang Mukmin berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki sifat-sifat yang mulia. Di sini Ibnu Hibban membawakan hadits dari Abu Hurairah. Ia berkata, “Dikatakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

 أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ.  قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »

“Siapakah orang yang paling mulia?” “Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”, kata Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu mereka berkata, “Bukan tentang itu kami bertanya, wahai Rasulullah”. “Maksudnya tentang orang-orang Arab yang kamu tanya?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabada, “Sebaik-baik di antara kalian di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kamu dimasa Islam apabila mereka fakih.” (Hadits ini dikeluarkan juga Imam Bukhari dan Muslim)

Kata beliau,

أكرم الناس من اتقى الله والكريم التقي

“Manusia yang paling mulia adalah yang paling bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Karena pemilik kemuliaan hanyalah Allah. Dan Allah memberikan kemuliaan kepada siapa saja yang memuliakan syariatNya, yang memuliakan perintahNya, yang memuliakan laranganNya, yang memuliakan agamaNya. Maka orang yang memuliakan agamaNya, ia memuliakan perintah-perintah Allah, ia memuliakan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala seagung-agungnya di hatinya, maka ia pasti diberikan oleh Allah kemuliaan di dunia dan akhirat. Maka kata beliau, “Manusia yang paling paling mulia adalah yang paling bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Lalu kata beliau:

والتقوى هي العزم على إتيان المأمورات والأنزجار عن جميع المزجورات

“Taqwa adalah niat yang kuat, tekad yang bulat untuk melaksanakan perintah dan menjauhi semua perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Dan tidak mungkin seseorang sampai kepala derajat taqwa, yaitu dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan kecuali dengan ilmu. Karena dengan ilmulah dia tahu ini perintah dan ini larangan. Dengan ilmu, dia tahu hikmah-hikmah yang agung dibalik perintah dan larangan tersebut. Sehingga dia berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Karena ia tahu bahwa perintah itu semua maslahat dan semua yang dilarang oleh Allah pasti mudzarat.

Lalu kata beliau:

فمن صح عزمه على هاتين الخصلتين فهو التقي الذي يستحق اسم الكرم

“Maka siapa yang tekadnya kuat untuk dua perkara tadi (menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka dia berhak untuk mendapatkan nama yang mulia.”

ومن ترى عن استعمالها أو أحدهما أو شعبه من شعبهما فقد نقص من كرمه مثله

“Sebaliknya, orang yang kosong dari keinginan kuat untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya atau hanya ada salah satu cabangnya saja tanpa yang lainnya, maka sungguh telah berkurang kemuliaan dia.”

Makanya, saudaraku sekalian..

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan para Nabi semulia-mulianya. Sehingga tidak ada satupun manusia kecuali pasti akan mencintai Nabi. Hal ini karena ketakwaan beliau yang sangat sempurna kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Allah. Allah memuliakan para Malaikat sehingga nama Malaikat sesuatu yang sangat harum di mata manusia. Semua manusia pasti menganggap Malaikat adalah makhluk yang mulia. Karena Malaikat sempurna ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka senantiasa berdzikir, mereka senantiasa tunduk, patuh dan taat kepada Allah Jalla wa Ala.

Sebaliknya, orang-orang yang memaksiati, Allah Subhanahu wa Ta’ala hinakan sehina-hinanya. Ini dia Allah menghinakan iblis akibat daripada kedurhakaan dia kepada Allah, karena akibat ia membangkang kepada Allah, bahkan ia menyesatkan banyak manusia. Tidak ada setiap manusia pun, pasti tidak suka mendengar kata iblis. Bahkan ia pun tidak suka disebut iblis.

Ini dia Allah menghinakan Fir’aun, Qarun, Haman. Karena mereka menentang dakwah Nabi Musa, mereka memaksiati Allah Jalla wa Ala. Allah jadikan mereka hina sehina-hinanya.

Orang yang bertakwa pasti Allah akan berikan kemuliaan. Maka kita berusaha untuk menjadi orang yang bertakwa dengan cara kita berusaha untuk menjalankan semua perintah-perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berkata Zaid bin Tsabit -semoga Allah meridhainya-:

ثلاث خصال لا تجتمع إلا في كريم حسن المحضر واحتمال الزلة وقلة الملالة

“Ada tiga perangai yang hanya dimiliki oleh orang yang mulia saja; Akhlak yang baik, menerima kekurangan orang lain dan tidak cepat bosan.”

Akhlak Yang Baik

Ketika bergaul dengan istrinya, ketika bergaul dengan anaknya, dengan temannya, dengan tetangganya, dengan masyarakatnya, ia perlihatkan kebaikan akhlak, keindahan sikap, sehingga orang ini mulia dan pasti mulia. Orang yang akhlaknya baik bukan hanya mulia di hadapan manusia tapi juga mulia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kedudukan yang sangat tinggi. Kata Rasulullah:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

“Seseorang diberikan kedudukan oleh Allah kedudukan orang yang selalu berpuasa, orang yang selalu shalat, dengan akhlaknya yang baik.” (HR. Abu Dawud)

Menerima Kekurangan Orang Lain

Dia menerima kekurangan temannya, saudaranya, istrinya, karena dia tahu bahwa yang namanya manusia adalah tempat kesalahan. Siapa manusia yang sempurna di dunia ini? Orang yang mulia itu bukanlah orang yang ingin punya teman tak ada salahnya. Tidak mungkin di dunia ini kita memiliki teman yang tidak ada salahnya. Orang yang mulia itu, dia mengerti bahwa istrinya adalah wanita yang tidak lepas dari kekurangan. Dia berusaha untuk menerima itu semua. Bahkan dia pun sadar bahwa dirinya penuh kekurangan, penuh kesalahan.

Tidak Cepat Bosan

Dia bergaul dengan manusia tidak cepat bosan. Dalam artian dia menyenangkan orang lain, dia dekat dengan manusia. Maka dari itulah, saudaraku, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mensifati orang yang haram masuk neraka:

‎ ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ

Maukah kalian aku tunjukkan orang yang Haram baginya tersentuh api neraka?” Para Sahabat berkata, “Mau, wahai Rasulallah!” Beliau menjawab: “(yang Haram tersentuh api neraka adalah) orang yang Hayyin (tawadhu), Layyin (lembut), Qarib (dekat), Sahl (mudah).” (H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).

Baca: Mudah Bergaul dengan Pergaulan Yang Baik

Ibnu Zanji Al-Bagdadi bersyair:

رأيت الحق يعرفه الكريم … لصاحبه وينكره اللئيم …

“Aku melihat kebenaran hanya dikenal oleh orang-orang yang mulia… dan kebenaran itu ternyata diingkari oleh orang-orang yang hina…”

Artinya kebenaran hanyalah bisa diterima oleh orang-orang yang jiwanya mulia, yang mencintai kebenaran dan berusaha mengikutinya. Sementara orang-orang yang jiwanya hina, walaupun dia mengetahui kebenaran dia tidak menginginkannya. Akibat kehinaan jiwanya. Karena hinanya jiwa dia, akibatnya dia menginginkan kehinaan. Yaitu kebalikan dari kebenaran.

إذا كان الفتى حسنا كريما … فكل فعاله حسن كريم …

“Kalaulah seorang pemuda itu baik dan mulia… pastilah semua perbuatannya, tindak-tanduknya, sikapnya pun juga akan baik dan bagus…”

Orang yang mulia akan terlihat dari akhlaknya, orang mulia itu akan terlihat dari matanya, orang yang mulia itu akan terlihat dari lisannya, dari kesopan santunannya, kelembutan dan yang lainnya.

إذا ألفيته سمجا لئيما … فكل فعاله سمج لئيم …

“Jika aku menemukan pemuda yang hina… maka pasti perbuatan juga akan terlihat pada tingkah lakunya itu…”

Kemudian Ibnu Hibban al-Busty Rahimahullah menyebutkan bagaimana sifat orang yang mulia:

الكريم لا يكون حقودا ولا حسودا ولا شامتا ولا باغيا ولا ساهيا ولا لاهيا ولا فاجرا ولا فخورا ولا كاذبا ولا ملولا ولا يقطع إلفه ولا يؤذي إخوانه ولا يضيع الحفاظ ولا يجفو في الوداد يعطي من لا يرجو ويؤمن من لا يخاف ويعفو عن قدرة ويصل عن قطيعة

Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-14:08

Download Kajian Tentang Sifat Orang Yang Mulia dan Orang Yang Hina


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47115-sifat-orang-yang-mulia-dan-orang-yang-hina/